INSOMNIA


 

Malam selalu menjadi teman bagiku.

Suara jangkrik ditengah keheningan memberi kesan yang begitu akrab ditelingaku.

Ditemani dengan dinginnya udara yang begitu sejuk memeluk tubuhku.

Semuanya memberi kedamaian tersendiri untuk pikiranku yang begitu lusuh.

 

Seperti biasa, Aku lebih produktif saat malam tiba.

Semua terasa nyaman aja saat kerja diwaktu malam.

Pandemic telah mengubah semuanya, kegiatan belajar mengajar seluruhnya dipindahkan ke rumah.

Work from home, study from home, stay at home, physical distancing, begitulah istilahnya.

Learning online pun dilaksanakan menggunakan aplikasi pembelajaran.


Oke fine, itu tidak masalah bagiku.

Semua terasa begitu menyenangkan untuk dikerjakan bagi seorang pemalas sepertiku.

Aku malas bangun pagi, malas mandi pagi, dan malas keluar rumah.

And then inilah yang ku suka.

Aku tidak perlu lagi berkoar-koar di depan kelas agar mereka paham materi.

Aku hanya duduk stay depan monitor kegiatan mengajarpun terlaksana. So simple to do.

Aku bahkan tidak perlu merias wajahku untuk itu, aku bisa makan dan minum sesukaku, tidak butuh formal.

Menyiapkan semuanya itu sangatlah mudah,

Aku cuma butuh 3 jam dan semua media pembelajaran yang akan aku gunakan untuk sepekan ke depan telah siap.

 

Tepat pukul 00.00 WITA semuanya selesai dan saatnya tidur.

Semua ritual-ritual sebelum tidur telah ku lakukan, mulai dari gosok gigi, cuci muka, cuci kaki, hingga merapikan tempat tidur.

Aku sudah sangat siap untuk tidur malam ini dengan jaket dan selimut yang nyamannya masih sama saat masa-masa kuliah dan nge-kost dulu.

 

Segera ku pejamkan lampu kamar.

Yang ada hanya cahaya redup dari infinity light yang pernah dihadiahkan seseorang.

Handphone yang sejak daritadi tergeletak di atas meja menarik perhatianku.

Akhir-akhir ini aku begitu jarang menjamahnya.

Ku ambil dan membuka beberapa aplikasi sosmed yang ku punya.

Tak ada notif apapun.

Ya sudah, aku segera menonaktifkan dan memulai memejamkan mata.

 

1 menit, 2 menit, hingga 5 menit.

Oke fix, lagi-lagi mata dan pikiranku tidak ingin berkompromi.

Ku ambil handphone dan mengaktifkannya kembali.

Ku buka kembali aplikasi Twitter yang entah beberapa waktu ini lebih sering ku jelajahi.

Katanya, seseorang yang memilih bermain Twitter adalah seseorang yang dunianya sedang diselimuti sepi. Oke, bisa jadi.

 

Ada apa dengan sadarku?

Yang berulang kali meminta menguap tapi tidak ingin terlelap.

Imajinasi kembali membawaku ke masa dimana bahagiaku tercipta dengan utuh.

 

Hampir setiap detik hariku ku lalui dengan adanya kamu.

Bukan dengan sengaja, tapi memang aktivitas kita yang selalu membersamai aku dan kamu.

Sering bertengkar, aduh pendapat, tapi selalu kompak dalam hal apapun.

Apa adanya aku, apa adanya kamu,

Baik buruknya aku, baik buruknya kamu,

Itu bukan lagi masalah untuk menjadikanmu predikat terbaik atau terburuk sebagai seorang teman.

 

Rasanya beberapa diriku ada dikamu.

Mungkin hal itulah membuat semuanya jadi terasa nyaman.

Sahabat? Ah, bukan. Lebih tepatnya saudara.

Dan aku telah terbiasa dengan hadirnya kamu dihidupku.

Rasanya aku tidak ingin beranjak dari kehaluan malam ini.

Tapi aku bisa apa, waktu tidak pernah berjalan mundur.

Waktu membawaku ke masa dimana sendiri membuatku terasa asing.

Bukan persoalan waktu yang salah.

Tapi rasanya kamu yang memilih untuk berpindah.

 

Aku tidak pernah sekalipun merencanakan kita.

Tapi kamu membuatku masuk dalam rencana yang kamu buat tentang kita.

Dan pada akhirnya kamu juga yang melerai tentang kita.

 

Bahkan dihidupku yang sekarang,

Aku lebih suka mengingat kenangan dibanding melihat kamu yang sekarang.

 

Good Night!

Berbahagialah dengan hidupmu yang tidak lagi ada aku.


Postingan populer dari blog ini

Bodoh !

CINTA

Hanya itu yang ku Bisa