Hanya itu yang ku Bisa
Masih ditahun 2011, saat aku melihatmu lagi.
Aku sempat berkunjung disuatu tempat, X.6 tepatnya. Sebelumnya
aku belum pernah menginjakkan kaki diruangan itu, dan hari itu pertama kalinya
aku mengunjungi salah satu teman lamaku di bangku sekolah menengah pertama. Mataku
mulai sibuk mengamati disetiap sudut ruangan itu. Pandanganku tiba-tiba tertuju
disudut belakang. Ku dapati sosokmu duduk sendiri yang sedang sibuk memainkan
benda kecil yang kamu genggam itu. Aku tersentak kaget, mencoba mengingat
hari-hari sebelumnya. Kamu yang dulu sempat ku lupakan, kini hadir kembali
dipikiranku.
Aku senang, Aku bahagia, karena kamu bagian dari tempatku
berpijak disetiap harinya, satu gedung sekolah persisnya. Aku suka gaya kamu,
aku suka cara kamu memainkan benda itu, aku suka wajah luguh kamu, aku suka semua
tentang kamu. Dan sejak saat itu sosokmu kembali menguasai pikiranku.
Aku diam-diam
Mengagumimu. Maaf !!
Aku ingin tahu semua tentang kamu. Tapi aku tak tahu,
harus tahu darimana. aku tak punya nyali untuk menanyakan kepada orang lain
terutama teman-temanmu. Aku hanya gadis sederhana yang tidak memiliki banyak
teman. Aku lebih memilih diam-diam memikirkanmu. Hanya itu yang ku bisa.
Disetiap hari yang ku lalui, aku selalu ingin mengunjungi
kelasmu. Tapi rasa gengsiku terkalahkan oleh keinginanku. Aku hanya bisa
memerhatikan pintu kelasmu dari jauh. Berharap kamu keluar kelas dan memandang
balik ke arahku. Dan ternyata kamu tidak pernah keluar kelas.
Coba lihat
!! betapa bodohnya aku. Menanti yang tidak pasti itu menyakitkan. Dan seharusnya
kalimat itu mampu aku cerna dengan baik.
Aku berharap, ditahun ajaran baru nanti kita bisa satu
kelas. Mungkin dengan cara itu aku bisa mengenalmu dan menjadi teman baikmu. Yah,
aku harap begitu.