Komitmen is Bullshit
Awalnya, sebenarnya kamu tidak benar-benar suka dan nyaman kan?
Kamu hanya
terbawa suasana dari beberapa candaan atau cie-cie-an dari mereka yang
berpendapat tentang kita.
Tiba-tiba kamu menawarkan sebuah komitmen yang menurutku begitu sakral untuk dibahas asal-asalan.
Dan bodohnya,
aku menerima tawaran itu.
Yah,
meskipun masih ada ragu yang tercipta dibenakku.
Semuanya tuntas
kamu bahas dan rencanakan dengan matang.
Tapi masih
saja aku anggapnya itu asal-asalan.
Kalau dibilang
Bahagia, iya, aku Bahagia karena kamu orangnya.
Tapi ada takutnya
juga, takut kalau endingnya cuma prank dan nyakitin juga.
Aku tahu,
kamu jago dalam hal meyakinkan orang lain dan membuat orang lain percaya dengan
semua argument yang kamu ciptakan.
Buktinya,
aku akhirnya percaya dan yakin sama kamu.
Tapi aku
bingung, kenapa kamu tiba-tiba ingin menjauh dengan alasan yang menurutku
begitu klise dan agak rumit untuk diyakini.
Dan
akhirnya, saat kita beneran mulai berjarak.
Dalam
artian sudah jarang bertemu dan bersama.
Perlahan
kamu melupa dan meninggalkan.
Padahal,
sebenarnya, dari awal kamu sudah paham.
Nyamannya
kita hanya cocok bersahabat bukan sebagai pasangan.
Jadi
apakah kamu sedang merasa kehilangan seorang sahabat baik sekarang?
Yah, Aku sedikit
merasakannya.